Wapres Gambia Harapkan Bantuan Kerja Sama RI di Sejumlah Sektor

By Admin

nusakini.com--Duta Besar RI Dakar Mansyur Pangeran, yang juga sebagai Duta Besar RI untuk Gambia, lakukan safari pertemuan dengan beberapa pejabat tinggi Gambia, yaitu Wakil Presiden Gambia, Fatoumata Tambajang, Menteri Perdagangan, Integrasi Regional dan Tenaga Kerja Gambia, Isatou Touray, dan CEO KADIN Gambia, Alieu Secka awal pekan ini.

Pertemuan tersebut bertujuan menjajaki pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Gambia untuk meningkatkan volume perdagangan dan kerja sama ekonomi kedua negara. 

Pada pertemuan dengan Wapres Gambia, Dubes Mansyur Pangeran menyampaikan bahwa saat ini salah satu fokus kebijakan Pemerintah Indonesia di bidang ekonomi yaitu menjajaki potensi pasar non-tradisional, khususnya dengan negara-negara Afrika, yang belum dimanfaatkan secara maksimal. 

Dubes Mansyur Pangeran menyampaikan bahwa hubungan kerja sama antara Indonesia dan Gambia telah berlangsung sejak lama yang dirintis dengan pendirian Agricultural Rural Farmer Training Center (ARFTC) oleh Pemri di Jenoi, Gambia, pada tahun 1998. 

"Pendirian ARFTC telah memberikan manfaat yang besar tidak hanya untuk petani Gambia, tetapi juga kepada petani dari negara-negara sekitar di kawasan Afrika Barat," imbuhnya. 

Sementara itu, dari sisi perdagangan, Dubes Mansyur menyampaikan bahwa nilai perdagangan antara kedua negara masih tergolong rendah dengan trend menurun dari USD 39,27 juta menjadi USD 24,86 juta atau -12,49% untuk periode 2012-2016. 

Disampaikannya bahwa pada tanggal 23 Juli 2016 di Banjul, Gambia, Indonesia dan Gambia telah menandatangani MoU on Protocol and International Conference, dalam rangka mendukung Gambia sebagai tuan rumah KTT OKI tahun 2018. Berdasarkan MoU tersebut, pada bulan Agustus 2017 Pemerintah Indonesia akan memberikan pelatihan persiapan penyelenggaraan KTT dimaksud. 

Selain itu, Dubes RI juga mengapresiasi kebijakan Pemerintah Gambia yang secara resiprositas telah memberikan fasilitas bebas visa kunjungan singkat bagi WNI pemegang paspor biasa setelah sebelumnya Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan yang sama pada bulan Maret 2016. 

Kepada Wapres Fatoumata Tambayang Dubes Mansyur juga menyampaikan kembali usulan pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Gambia sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya dengan Menteri Perdagangan Gambia, seperti halnya persetujuan penurunan atau pengurangan bea tarif impor  

Sementara itu, Wapres Fatoumata Tambajang dalam tanggapannya menyambut baik dan mengapresiasi berbagai bantuan dan kerja sama yang telah diberikan Indonesia kepada Gambia, dan menyatakan bahwa Gambia terbuka serta siap bekerja sama dengan Indonesia dan dunia internasional di berbagai sektor.

Kepada Dubes Mansyur, Wapres Fatoumata Tambajang menggarisbawahi berbagai sektor prioritas yang memerlukan bantuan dan kerja sama dari Indonesia, antara lain human capital development, pertanian, industri, perikanan, energi, lingkungan, pemberdayaan perempuan dan pemuda, industri kecil dan kreatif, kewirausahaan dan kesehatan. Bantuan dan kerja sama tersebut sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perekonomian dan mengentaskan kemiskinan, pengangguran serta memperkuat sektor pelayanan publik di Gambia. 

Secara khusus, Wapres juga mengharapkan bantuan Indonesia dalam membangun pusat pelatihan kewirausahaan untuk memberdayakan perempuan dan pemuda menjadi pengusaha, yang nantinya dapat menjadi motor penggerak pembangunan Gambia. Wapres Fatoumata Tambajang terinspirasi dari kesuksesan program-program pelatihan dari ARFTC yang telah berhasil meningkatkan kapasitas para petani Gambia dan negara-negara sekitar. 

Sementara itu, terkait pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Gambia, Menteri Perdagangan Gambia, Isatou Touray, menyambut baik usulan kerja sama penurunan tarif dan pembentukan PTA tersebut. Namun, sebagai anggota Economic Community of West African States (ECOWAS), Gambia terikat dengan kesepakatan regional custom union dan mengusulkan agar pembahasan PTA tersebut dilakukan pada tingkat regional. 

Dalam kunjungan kerjanya ke Gambia, Dubes Mansyur juga berkesempatan untuk bertemu dengan 25 pengusaha Gambia dalam forum Business Meeting yang diorganisir oleh Alieu Secka, CEO KADIN Gambia. Alieu Secka saat ini sedang dalam proses pencalonan sebagai Konsul Kehormatan RI di Gambia yang hingga kini masih menunggu Surat Rekomendasi dari Kemlu Gambia.

Dalam kesempatan tersebut, Dubes Mansyur menyampaikan profil Indonesia dan berbagai potensi produk unggulan/industri strategis Indonesia, serta peluang kerja sama antar pelaku usaha kedua negara. Dubes Mansyur juga mempromosikan event Trade Expo Indonesia 2017 dan mengundang para pengusaha Gambia untuk hadir pada event tersebut. 

Ia mengharapkan agar para pengusaha Gambia dapat memanfaatkan momentum hubungan baik kedua negara dan kebijakan bebas visa, untuk berbisnis dan menjajaki kerja sama dengan pengusaha Indonesia. Adapun sektor-sektor yang diminati oleh para pengusaha Gambia antara lain alat-alat kelistrikan, produk kebersihan, hasil pertanian, kosmetik, furnitur, pakaian militer, real estate, mesin packaging dan labeling produk makanan, sparepart bekas mobil, dan pelatihan kewirausahaan.   

Pertemuan Dubes Mansyur Pangeran dengan para pejabat dan pengusaha Gambia tersebut terlaksana atas fasilitasi calon Konhor RI di Gambia, Alieu Secka. Pencalonan Alieu Secka sebagai Konhor RI di Gambia sangat didukung oleh Wapres Fatoumata Tambajang mengingat yang bersangkutan sangat dinamis dan memiliki jaringan yang luas di sektor pemerintah dan swasta, serta masyarakat umum lainnya. 

Setelah 22 tahun berada dibawah kekuasaan rezim militer, saat ini masyarakat Gambia menaruh kepercayaan tinggi pada pemerintahan baru Presiden Adama Barrow dan karenanya menginginkan adanya perubahan yang cepat di Gambia. Guna mendukung dan mempercepat proses pembangunan di Gambia, pemerintah Gambia sangat mengharapkan adanya bantuan dan dukungan dari Indonesia. (p/ab)